Pengertian
Status Gizi
Status gizi
adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang
diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga
didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrien. Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang
didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000:
1).
2.1.2
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi
2.1.2.1.
Faktor External
Faktor eksternal
yang mempengaruhi status gizi antara lain:
1)
Pendapatan
Masalah gizi
karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang hubungannya
dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut (Santoso, 1999).
2)
Pendidikan
|
Pendidikan
gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua
atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang baik (Suliha, 2001).
3)
Pekerjaan
Pekerjaan
adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan
keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu.
Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga
(Markum, 1991).
4)
Budaya
Budaya
adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan
(Soetjiningsih, 1998).
2.1.2.2.
Faktor Internal
Faktor Internal
yang mempengaruhi status gizi antara lain :
1)
Usia
Usia akan
mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua dalam pemberian
nutrisi anak balita (Nursalam, 2001).
2)
Kondisi Fisik
Mereka yang
sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya memerlukan
pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak
yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode hidup ini
kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat (Suhardjo, et, all,
1986).
3)
Infeksi
Infeksi dan
demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan
menelan dan mencerna makanan (Suhardjo, et, all, 1986).
2.1.3
Penilaian Status Gizi
Penilaian
status gizi secara langsung menunit Supariasa (2001) dapat
dilakukan dengan:
2.1.3.1
Antropometri
Antropometri adalah ukuran tubuh manusia.
Sedangkan antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dan tingkat umur dan tingkat gizi.
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat keseimbangan asupan
protein dan energi.
2.1.3.2
Klinis
Pemeriksaan
klinis adalah metode untuk menilai status gizi berdasarkan atas
perubahan-perubahan yang terjadi dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi,
seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau organ yang dekat dengan
permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
2.1.3.3
Biokimia
Penilaian
status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara
laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan. Jaringan tubuh yang
digunakan antara lain darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh
seperti hati dan otot.
2.1.3.4
Biofisik
Penilaian
status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan
melibat kemamapuan fungsi dan melihat perubahan struktur dari jaringan.
Penilaian
status gizi secara tidak Iangsung menurut Supariasa, IDN (2001)
dapat dilakukan dengan:
1)
Survey Konsumsi Makanan
Survey konsumsi makanan adalah metode
penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat
dan gizi yang dikonsumsi.
Kesalahan
dalam survey makanan bisa disebabkan oleh perkiraan yang tidak tepat
dalam menentukan jumlah makanan yang dikonsumsi balita, kecenderungan untuk
mengurangi makanan yang banyak dikonsumsi dan menambah makanan yang sedikit
dikonsumsi ( The Flat Slope Syndrome ), membesar-besarkan konsumsi
makanan yang bernilai sosial tinggi, keinginan melaporkan konsumsi vitamin dan
mineral tambahan kesalahan dalam mencatat (food record).
2)
Statistik Vital
Yaitu dengan
menganalisis data beberapa statistik kesebatan seperti angka kematian
berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian karena penyebab tertentu dan
data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
3)
Faktor Ekologi
Malnutrisi
merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi antara beberapa faktor fisik,
biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat
tergantung dan keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain.
2.1.4
Macam Klasifikasi Status Gizi
2.1.4.1
Klasifikasi Status Gizi
Tabel 2.1.
Tabel Status Gizi
INDEKS
|
STATUS
GIZI
|
AMBANG
BATAS *)
|
Berat
badan menurut umur (BB/U)
|
Gizi Lebih
|
> + 2
SD
|
Gizi Baik
|
≥ -2 SD
sampai +2 SD
|
|
Gizi
Kurang
|
< -2 SD
sampai ≥ -3 SD
|
|
Gizi Buruk
|
< – 3
SD
|
|
Tinggi
badan menurut umur (TB/U)
|
Normal
|
≥ 2 SD
|
Pendek
(stunted)
|
< -2 SD
|
|
Berat
badan menurut tinggi badan (BB/TB)
|
Gemuk
|
> + 2
SD
|
Normal
|
≥ -2 SD
sampai + 2 SD
|
|
Kurus
(wasted)
|
< -2 SD
sampai ≥ -3 SD
|
|
Kurus
sekali
|
< – 3
SD
|
Sumber :
Depkes RI, 2002.
2.1.4.2
Klasifikasi di atas berdasarkan parameter antropometri yang dibedakan atas:
1)
Berat Badan / Umur
Status gizi
ini diukur sesuai dengan berat badan terhadap umur dalam bulan yang hasilnya
kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel 2.1.
2)
Tinggi Badan / Umur
Status gizi
ini diukur sesuai dengan tinggi badan terhadap umur dalam bulan yang hasilnya
kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel 2.1.
3)
Berat Badan / Tinggi Badan
Status gizi
ini diukur sesuai dengan berat badan terhadap tinggi badan yang hasilnya
kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel 2.1
4)
Lingkar Lengan Atas / Umur
Lingkar
lengan atas (LILA) hanya dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu gizi kurang dan
gizi baik dengan batasan indeks sebesar 1,5 cm/tahun.
5)
Parameter Berat Badan / Tinggi Badan banyak digunakan karena memiliki
kelebihan:
1)
Tidak memerlukan data umur
2)
Dapat membedakan proporsi badan ( gemuk, normal, kurus)
6)
Menurut Depkes RI (2005) Parameter berat badan / tinggi badan berdasarkan
kategori Z-Score diklasifikasikan menjadi 4 yaitu:
1)
Gizi Buruk ( Sangat Kurus) : <-3 SD
2)
Gizi Kurang
(Kurus)
:-3SDs/d<-2SD
3)
Gizi Baik
(Normal)
:-2SDs/d+2SD
4)
Gizi Lebih
(Gemuk)
:>+2SD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar